Mei 2013
Ini kali
pertama ku melakukan pendakian. Jujur rasa takut sangat menghantuiku.
Bagaimana tidak, aku punya riwayat sakit asma dan belum pernah melakukan
pendakian.
Pikiran
negatif mulai melayang di atas kepalaku, "Bagaimana kalau ku capek?";
"Bagaimana kalau ku engga kuat?", "Bagaimana kalau ku
............ ?". Tapi ketakutanku terkalahkan dengan rasa ingin ku untuk
melakukan pendakian .
Salah satu
alasanku kenapa ku ikut pendakian adalah karena sahabatku Maisun Dwi Argumedia
sebut saja "icun" ingin
merayakan ulang tahun di Gunung Lawu. Ya, akhirnya ku bersama dia pun
merencanakan semuanya. Sebelum ku melakukan pendakian, ku harus menyelesaikan
semua tugas-tugas kuliah agar tidak menghantui pendakianku selama di Lawu.
Kami pun
berangkat berempat, ada Icun, Mas Mugi, Mas Adin dan tentunya diriku. Kami
mulai perjalanan dari Yogyakarta. Rencana awal, kami akan berangkat menggunakan
kereta api, sayangnya ongkos yang harus dikeluarkan ketika menggunakan kereta
api lebih mahal dibanding dengan bus. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk
berangkat menggunakan bus.
Perjalanan
dimulai dari terminal Giwangan menuju terminal Tirtonadi selama 3 jam. Setelah
sampai di terminal Tirtonadi Solo kami melanjutkan perjalan dengan menggunakan
bus jurusan Tawangmangu. Sesampai di terminal Tawangmangu, kami harus mencari
angkutan untuk mengantarkan ke basecamp cemoro sewu. Karena kami akan memulai
pendakian dari Cemoro Sewu. Udara disana sangat dingin dan sejuk, kami pun
sempat beristirahat di terminal Tawangmangu sambil menikmati jagung rebus demi
perut yang sudah meronta-ronta. Ahhaa
Setelah
beberapa jam berada diperjalanan, akhirnya kami sampai di Basecamp Cemoro Sewu
menjelang maghrib. Kami pun memutuskan melakukan pendakian setelah sholat
Maghrib.
Pendakian
dimulai, 200 meter setelah meninggalkan basecamp, air dari langit pun turun.
Ya, hujan menemani pendakian kami. Kami sangat berharap bulan dan bintang
kembali bersinar menerangi jalan kami. Jam menunjukkan pukul 11.00 WIB, dan
kami memutuskan untuk berhenti dan mendirikan tenda. Ternyata perut kami pun
mulai bernyanyi, dan mie rebus sangat cocok untuk malam yang begitu dingin.
Setelah seleai makan, kami berisitrahat dan akan melanjutkan perjalanan setelah
sholat subuh. Dan berharap masih bisa menikmati sunrise di puncak lawu.
Tak lama
waktu sholat sudah tiba dan setelah sholat, rencana untuk melanjutkan
perjalanan hanyalah sebuah wacana. Suhu udara menurun, dan aku tak mau
mengambil resiko untuk kondisi badanku. Aku pun memutuskan untuk menunggu di
tenda sembari teman-teman melakukan pendakian. Alhasil, kami berempat
memutuskan untuk menyelesaikan pendakian.
Sebelum
selesai mengemas barang-barang, ternyata kami kedatangan teman dari Semarang.
Ya, kami bertemu dengan teman-teman semasa sekolah di Bojonegoro. Kami
berkemas, dan turun bersama.
Selama
perjalanan, kami menemukan banyak spot foto yang bagus, sayangnya kala itu,
mood untuk fotoku sangat berkurang karena rasa lelah. Udah engga sabar untuk
sampai basecamp, mandi dan kembali ke Yogyakarta. Pendakian pertama yang gagal
sampai puncak inipun cukup berkesan. Setidaknya, ku punya cerita dan suatu saat
akan kembali untuk menikmati sunrise di puncak Gunung Lawu.
0 Comments