Tau dong rasanya sendiri disaat berada di perantauan. Ya, sangat sepi. Tapi cukup berbeda ketika kamu punya sabahat atau teman yang bisa diajak untuk saling bertukar pikiran. Aku engga pernah menyangka, kalau sahabat yang ku dapatkan saat berada di perantauan adalah tetanggaku yang sangat dekat dengan rumahku. Ya, dia tetangga rumahku. Rumah kami tak jauh, karena memang berada di satu komplek. Panggil saja dia Icun (Maisun). Kami bertemu disalah satu organisasi yang kami ikuti saat berada di perantauan.
Waktu berjalan dan kami semakin akrab, teman makanku selama berada di perantauan. Teman yang tak takut gendut ketika makan tengah malam. Hal yang paling ku suka ketika bersamanya, adalah dia yang tak pernah mengeluh. Selama ku berteman dengannya, dia engga pernah berkeluh kesah apalagi dengan kehidupan ini. Pernah ku ajukan pertanyaan untuknya, "Kak, aku tak pernah mendengarmu berkeluh. Apa kamu juga engga pernah berkeluh saat kamu dengan pacarmu?" dengan bingung dia menjawab. "Hmmm, apa ya kak, sepertinya engga pernah. Dan dia bilang, biarkan aku berkeluh ke Allah saja." Menurutku itu sangat keren, bener" keren. Dia engga pernah memusingkan hal" yang mungkin bagi orang lain adalah masalah yang cukup besar. Ya, dia memang orang tersantai yang pernah ku kenal. Rasanya beruntung sekali ku punya teman seperti dia.
Banyak yang bilang kalau kami berdua hampir mirip, dan selalu aku yang dikira adeknya. Padahal aku lebih tua daripada dia. Ya, mungkin karena penampilanku yang masih mencerminkan anak sekolah. Ahahaa. Kalau sama dia sih emang aku ngerasa punya kakak sih. Tak kusadari, dia adalah salah satu tempat curhatku.
Dia yang selalu memberikan energi positif, dia juga yang selalu memberikan semangat ketika memang aku lagi jatuh. Ya, dia seperti keluargaku. Dan aku yang selalu gangguin dia 😂
Terima kasih karena sudah menjadi sahabatku dan memberikan warna di hidupku. Jangan pernah bosan menjadi tempatku bercerita hal" yang mungkin engga penting untukmu. 😘
0 Comments