Agustus 2013
Kepanitian
OSPEK UNY telah selesai, dan akhirnya ku bebas dari agenda kampus. Waaaaw,
rasanya ingin beristirahat sejenak dari kesibukan kampus. Dan ternyata temanku
Maisun Dwi Argumeida berusaha membujukku untuk ikut bersamanya dan melakukan
pendakian ke ranu kumbolo. Tiket sudah ditangan dan mau tidak mau, ku harus
berangkat malam itu. Hal yang cukup ku sesali, karena keberangkatanku ke Malang
bersamaan dengan Ulang Tahun Adekku. Tapi syukurlah, ku masih sempat merayakan
sebelum ku berangkat.
Ini menjadi
pengalaman pertamaku melakukan perjalanan dengan kerata api. Kami sampai di
stasiun Lempuyangan Yogyakarta pukul 22.45 WIB dengan jadwal keberangkatan
kereta pukul 22.59 WIB. Ketika hendak masuk ke stasiun, ku punya firasat buruk,
rasanya tidak ada keberangkatan dari stasiun Lempuyangan karena suasana stasiun
yang cukup sepi. Arrgh, dan ternyata firasatku benar. KAMI BERDUA SALAH
STASIUN! Akhirnya kami berdua berlarian mencari ojek agar secepat mungkin
sampai di stasiun Tugu Yogyakarta. Waktu menunjukkan pukul 22. 55 WIB, dan kami
belum sampai di stasiun Tugu, WAW rasanya awal perjalanan kami cukup
melelahkan. Beruntung kami berdua tidak tertinggal kereta, tepat masuk ke
lokomotif, saat itu pula kerata mulai berjalan. Karena kami berdua berbeda
lokomotif, akhirnya kami berdua mencari tempat duduk masing-masing.
Menjelang
Subuh, kami berdua sampai di Stasiun Malang. Dan disana ada teman Maisun yang
sudah menunggu. Beruntunglah kami sudah beristirahat di kereta selama
perjalanan, karena pendaikan akan dimulai sore harinya. Pagi itu, kami harus ke
klinik untuk mendapatkan surat sehat guna pendakian. Pukul 08.00 WIB kami ke
Klinik Universitas Brawijaya, selanjutnya melakukan perjalanan menuju tumpang.
Sesampai di
tumpang, kamu mencari kendaraan yang bisa kami naiki menuju ranu pane. Untuk
kendaraan, kami mengeluarkan untuk satu juta untuk perjalan pulang-pergi. Kami
berdua belas pun sepakat dengan nominal tersebut. Perjalanan menuju Ranu Pane
cukup lama, dengan jalan yang berdebu.
Pukul 17.00
WIB kami sampai di Ranu Pane. Dan ternyata pendakian di hari itu sudah penuh.
ALIAS DITUTUP. Tapi karena waktu yang kami punya cukup singkat, akhirnya kami
nekat untuk tetap melakukan pendakian tanpa mendapatkan izin. Buat kalian yang
hendak melakukan pendakian, pastikan cari informasi yang sebanyak mungkin,
jangan sampai melakukan pendadian tanpa izin seperti kami.
Ditengah
perjalanan kami, kami bertemu dengan Bapak Tua, beliau berpesan untuk
berhati-hati dan menjada perkataan. Disaat itu ku merasa ada yang aneh. Hmm,
mungkin hanya pikirku saja. Setelah bertemu dengan Bapak Tua, entahlah rasanya
hatiku engga tenang. Tapi ku terus berusaha untuk berpikir positif dan kami
semua akan baik-baik saja.
Pukul 22.00
WIB kami sampai di Ranu Kumbolo. Kamipun
mendirikan tenda dan segera membuka bekal untuk perut yang kelaparan. Oooh,
ternyata suhu disana sangat rendah. Suhu dingin itu, menjadikan kami sangat
susah menyalakan api, hingga akhirnya salah satu diantara kami membawa entah
kertas, plastik yang bisa dibakar. Oh tidaaak, ternyata kami membakar kotoran
manusia yang dibungkus plastik kresek. Harusnya kami menyalakan kompor saja,
dan tak perlu membuat kotoran dengan membuat bakaran kertas dll.Tak sadar waktu
berjalan begitu cepat,kami semua beristirahat untuk memulihkan badan. Dan esok
paginya kami mendapati minum yang kami bawa menjadi beku, danau ranu kumbolo
menjadi bunga es yang indah.
Waktu
semakin siang, dan kami mulai bergegas untuk kembali pulang. Jalan yang kami
lalui untuk pulang bukan jalan yang kami lalui ketika berangkat, dan rasanya
perjalanan pulang cukup melelahkan. Waktu itu kami pulang dengan melewati
kampung warga. Dan ternyata perjalanan pulang lebih melelahkan daripada
perjalanan berangkat.
Perjalanan
yang cukup melelahkan, karena sesampai di ranu pane, kami langsung menuju
Tumpang- Malang dan terakhir Yogyakarta.
0 Comments